
Hari itu kebetulan rumah sedang sepi.karena istriku baru ada acara di rumah saudara nya di daerah Semarang dan akan kembali seminggu lagi. Plus pembantuku yang turut menemaninya. Praktis alu sendirian kalau lagi di rumah.
Sehabis dari kantor sore itu aku pulang dan sesampainya di dalam rumah kulihat sesosokperempuan berjilbab putih lengkap  dengan seragam putih abu-abunya yang serba panjang. Dialah keponakanku  Rika yang sedang tertidur di sofa ruang tamu dengan tv yang masih  menyala. Oh iya si Rika masih kelas 1 SMK. Dia sering main ke rumahku  selepas pulang sekolah, jadi nya dia bebas keluar masuk rumah. Kulihat  Rika yang tertidur di sofa dengan rok abu-abu panjang semata kaki namun  agak ketat sehingga sepasang pahanya yang indah nampak terlihat sekal  dari balik roknya. Dadanya yang mulai ranum berkembang nampak membusung  dari balik hem putih OSIS lengan panjangnya. Melihat pemnandangan  seperti itu bangkitlah birahiku.
Perlahan kudekati Rika dan duduk di samping nya sambil kuusap-usap  pahanya yang sekal dari luar rok abu-abu semata kaki yang dipakainya.  Dengan penuh perasaan kuraba-raba pahanya hingga naik terus sampai ke  pangkal pahanya.
Kemudian dengan sangat hati-hati kusingkap rok seragam abu-abu  panjangnya keatas hingga tampak celana dalam Rika yang berwarna putih  krim, Selaras sekali dengan pahanya yang putih mulus.
Setelah kusingkap roknya perlahan kuraba belahan vagina keponakanku yang berjilbab putih itu dari luar celana dalamnya.
Sewaktu aku asyik meraba-raba kemaluannya, Rika terbangun dari tidurnya  dan kaget melihat rok abu-abu panjang yang dikenakannya sudah tersingkap  dan nampak olehnya aku yang sedang meraba-raba vaginanyanya.
”Jjaangannn..ommmm….jangannnn,,,jangan…”, seraya mencoba berdiri dari sofa.
Sebelum Rika berhasil berdiri dari sofa buru-buru kutindih tubuhnya  hingga terhimpit tubuhku sambil membungkam mulutnya dengan tanganku, dsn  tanganku yang satunya meraih celana dalam siswi jilbab ini. “Brettt…”,  kutarik celana dalam Rika hingga sobek.lalu kugosok kemaluan keponakanku  ini dengan jemariku. Setelah 15 menit kugosok-gosok kemaluannya dengan  jari hingga terasa basah, kulepas pakaianku hingga telanjang.
 

Penisku yang sudah keras tegak mengacung langsung kuarahkan ke vagina Rika  yang telentang di sofa. Keponakanku berjilbab putih dan masih lengkap  mengenakan seragam sekolahnya namun sudah tersingkap rok abu-abu  panjangnya sepinggang menangis sejadi-jadinya tatkala kutekan penisku  masuk membelah gundukan vagina yang masih perawan itu.
Baru kepala penisku mulai penetrasi masuk kulihat Rika menjerit kesakitan.
“Aaaakkkhhh,,,!”, namun jeritannya tertahan karena terlebih dahulu  kubungkam dengan tanganku. Gadis cantik berjilbab putih ini hanya bias  menangis seraya mengeleng-gelengkan kepalanya menahan sakit yang timbul  dari perbuatanku. Kupaksa batang kemaluanku untuk masuk lebih dalam ke  liang surganya Rika.
Setengah batang penisku sudah masuk menembus liang vaginanya, dan terasa  ada sesuatu yang mengalir di sela-sela vaginanya. Ternyata darah  perawan siswi berjilbab keponakanku ini mengalir hinga membasahi sofa  ruang tamuku.
Akhirnya dengan usaha sekuat tenaga penisku terbenam juga seluruhnya.  Sesaat kudiamkan di dalam seraya meresapi betapa nikmatnya jepitan nan  hangat liang surga milik Rika.
”Ssshhh…ohh,,,nikmattt banget punya kamu Rikaaahh…..oohhh”, racauku  sembari mulai menggenjot vagina siswi berjilbab putih keponakanku ini.
“Ukkkhh…hehhh…”, desah Rika seakan membalas racauanku seraya  mengeleng-gelengkan kepala yang masih terbalut jilbab putihnya. Air  matanya nampak mengucur deras dari kedua kelopak matanya yang terpejam  menahan perih persetubuhan paksa ini.
Setelah 5 menit menyetubuhi Rika dengan gaya missionary, tanpa mencabut  penisku dari liang surgawi Rika, kubalik tubuhnya dan kuposisikan agar  menungging dan kedua tangannya bertumpu pinggiran sofa. “Awas kalau kamu  teriak om bunuh!’, ancamku lagi.
Setelah pas posisinya menungging, kusibakkan lagi rok abu-abu panjangnya  sepinggang. Begitu indah pemandangan di hadapanku ini. Keponakanku yang  masih mengenakan jilbab putih serta hem putih lengan panjangnya namun  rok rok abu-abu panjangnya sudah tersingkap sepinggang hingga kemontokan  belahan pantatnya yang putih mulus seakan menantang untuk minta disodok  sejadi-jadinya. Lalu seraya mencengkeram bongkahan pantat yang padat  nan kenyal itu kumulai menyodok-nyodok liang surgawinya dari belakang.  “Oouhh…aaakkhh..ampunnnnn ommmm...sakittttttt...sakiittttt!”, teriaknya  tatkala hentakan keras penisku menghujam keras dari belakang. Wajahnya  yang manis terbalut jilbab putih nampak mendongak dan meringis  kesakitan. Lalu disela-sela genjotanku kuremas-remas buah dadanya yang  masih terbungkus hem putih OSIS lengan panjangnya
“SShhh..oooohhhhh,,,ooohhhhh enak bangetttt memekmu Rikaaaa,,,,”,  racauku sembari memeluknya dari belakang dan meremas bongkahan buah  dadanya yang masih terbungkus hem putih OSIS lengan panjangnya.
“Aaahhh…uuhhhh…”, desahnya dengan mata terpejam seraya kedua tangannya mencengkeram pinggiran sofa kuat-kuat.
Hampir 20 menit kugenjot keponakan berjilbabku ini dengan posisi  kesukaanku ini. Dan nampak ia makin kepayahan. Hem dan jilbab putihnya  sudah awut-awutan. Begitu pula rok abu-abu panjang semata kaki yang  kusingkapkan sepinggang. Semuanya sudah nampak lepek basah oleh keringat  persetubuhan terlarang ini.
Akupun merasa akan mendekati puncaknya. Sudah terasa spermaku bergejolak  mendesak untuk keluar dari sarungnya. Lalu seraya mencengkeram  kepalanya yang berjilbab kutarik tubuh Rika hingga merapat ketubuhku  hingga kini posisi kami duduk berpangkuan dengan tubuh Rika yang  membelakangiku.
Kupercepat sodokanku hingga bunyi benturan pantat keponakanku dengan  selangkanganku semakin terdengar kencang,“Plakk…ceplakk!”.  “Uhh…Rikkahh!”, seruku sejadi-jadinya menahan nikmat hendak mencapai  klimaks seraya mencengkeram dan meremas kuat-kuat kedua payudara siswi  berjilbab keponakanku. Rika yang sedang kugenjot dalam kecepatan penuh  ini dari belakang hanya biasa merintih-rintih seraya memegangi kedua  pergelangan tanganku yang sedang meremas-remas kedua buah dadanya.
 

Tubuh Rika yang sudah amat kepayahan menghadapi serangan penisku  mendadak mendadak bergetar hebat. Tubuhnya melengkung kebelakang hingga  kepalanya yang berbalut jilbab putih itu menempel di pundakku. Nampaknya  dia telah mencapai puncak orgasmenya. Dan bersamaan dengan itu pula, “  Aaahh…Riikkaahh…nniihhh!!”, akupun mencapai puncak orgasme sembari  menyodok dalam-dalam penisku ke dalam liang surga Rika.
”Crrooottt,,.crooot….crottt”, spermaku menyembur kedalam rahimnya  bercampur dengan cairan kewanitaan yang juga menyembur berbarengan
Lalu kami berdua tersungkur lemas diatas sofa dengan posisi tubuhku menindihnya dari belakang.
Setelah beberapa saat tenagaku pulih, aku bangkit seraya mencabut  penisku dari lubang kemaluan keponakan berjilbabku ini, seraya berkata,  “Awas kalau Rika berani bilang siapa-siapa”, ancamku sambil memakai  pakaian gue yang berserakan di lantai.
”Sekarang mandi sana biar segar”, titahku padanya yang masih tertunduk  letih dan lemah di pinggir sofa. Perlahan siswi berjilbab keponakanku  itu bangkit dan pergi ke kamar mandi dengan seragam sekolahnya yang  sudah awut-awutan serta ada noda darah dan sperma menempel di ujung kain  rok abu-abu semata kakinya.
Sembari tersenyum penuh kemenangan kutepuk pantatnya yang bahenol itu,  sembari mengingatkan, “Ingat, mulai besok kamu harus sering-sering  nginep disini. Om masih pengen terus menikmati memekmu yang hangat itu.”  Dan dengan tatapan kosong, keponakanku yang berjilbab itu hanya  mengangguk lemah tanpa mengucap sepatah katapun.
 
Posting Komentar